Identifikasi Interaksi Penduduk Terhadap Ruang Bentuklahan Vulkanik di Gunungapi Merapi Bagian Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta

Authors

  • Lidya Lestari Sitohang Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
  • Septia Illa Nisma Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
  • Firdan Dimas Ivana Putra Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
  • Shierlyra Fedrani Aineviska Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
  • Rahmatika Alfitri Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.29408/geodika.v8i2.26991

Keywords:

bentang lahan, bentang budaya, gunungapi, interaksi manusia dan alam

Abstract

Bentang budaya meliputi segala fenomena di permukaan bumi yang berhubungan dengan aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara empiris interaksi penduduk terhadap ruang bentuklahan asal proses vulkanik di Gunungapi Merapi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan survei cepat terpadu dengan menerapkan prinsip triangulasi data. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menujukkan interaksi penduduk dengan bentuklahan asal proses vulkanik di sekitar Gunungapi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bentang budaya yang didasarkan atas sumber daya dan bencanaa. Terkait sumber daya, bentang budaya didominasi oleh pemanfaatan lahan pertanian dan wisata. Penduduk lokal sering menanam padi, sayuran, dan tanaman holtikultura lainnya. Aspek perekonomian, keindahan alam dan fenomena vulkanik banyak menarik wisatawan. Sementara itu, bentang budaya terkait bencana yang dapat ditemui pada studi ini berkaitan erat dengan mitigasi bencana sebagai contoh tiang sirine, konstruksi dam sabo dan museum bencana.

References

Abdullah, S. A., Leksono, A. S., & Hong, S. G. (Eds.). (2022). Conserving Biocultural Landscapes in Malaysia and Indonesia for Sustainable Development. Springer.

Banowati, E. (2013). Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.

Conzen, M. P. (2001). Cultural Landscape in Geography. In International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences (pp. 3086–3092). Elsevier.

Haryanto, J. T. (2013). Implementasi Nilai-Nilai Budaya, Sosial, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Yogyakarta. Jurnal Kawistara, 3(1), 1-11.

Hidayati, I. (2020). Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah. Jurnal Geografi, 18(2), 145-164.

Inah, E. N. (2013). Peranan Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib, 6(1), 176–188.

Jane, J., & Situmorang, N. G. (2020). Studi Awal Abu Vulkanik Erupsi Merapi Pada 11 Mei Dan 1 Juni 2018 Berdasarkan Mineralogi Dan Geokimia. Jurnal Geosains Terapan, 3(1), 27-27.

Kusumawardani, D., Rahmawati, Y., Cahyadi, M. N., Rusli, M., & Martina, A. (2023). An analysis of the socio-economic impacts of the 2021 mountain Semeru Eruption on household level using PLS-SEM. Letters in Spatial and Resource Sciences, 16(1), 30.

Löhr, A., Bogaard, T., Heikens, A., Hendriks, M., Sumarti, S., Bergen, M. van, Gestel, K. C. A. M. van, Straalen, N. van, Vroon, P., & Widianarko, B. (2005). Natural Pollution Caused by the Extremely Acid Crater Lake Kawah Ijen, East Java, Indonesia (7 pp). Environmental Science and Pollution Research - International, 12(2), 89-95.

Megasari, P. N. (2022). Bukit Klangon Jogja: Rute Perjalanan, Harga Tiket-Tarif Camping. https://www.detik.com/jateng/wisata/d-6429311/bukit-klangon-jogja-rute-perjalanan-harga-tiket-tarif-camping

Mori, M., McDermott, R., Sagala, S., & Wulandari, Y. (2019). Sinabung volcano: how culture shapes community resilience. Disaster Prevention and Management: An International Journal, 28(3), 290-303.

Poerwoningsih, D., Tutut Subadyo, A., Wahjutami, E. L., Santoso, I., & Winansih, E. (2022). Bioregion Concept for the Landscape of Traditional Village in West Sumba, East Nusa Tenggara, Indonesia. In Conserving Biocultural Landscapes in Malaysia and Indonesia for Sustainable Development (pp. 33–50). Springer Singapore.

Prawiyogi, A. G., Sadiah, T. L., Purwanugraha, A., & Elisa, P. N. (2021). Penggunaan Media Big Book untuk Menumbuhkan Minat Membaca di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 446-452.

Ragil, C., Pramana, A. Y. E., & Efendi, H. (2020). Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana di Wilayah Lereng Gunung Merapi Studi Kasus Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Reka Ruang, 3(1).

Rojas, A., Nomedji, K., & West, C. T. (2021). Walking the Line: Conducting Transect Walks in Burkina Faso. Practicing Anthropology, 43(1), 18–21.

Santosa, L. W., & Muta’ali, L. (2014). Bentang Alam dan Bentang Budaya, Panduan Kuliah Kerja Lapangan Pengenalan Bentanglahan (Nasrudin, Ed.). Badan Penderbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM.

Setiawan, I., Tallapessy, A., & Subaharianto, A. (2022). Mount Bromo will take care of us: Tenggerese religious-ecological knowledge, challenge of modern reason, and disaster mitigation in postcolonial times. Southeast Asian Studies. Southeast Asian Studies, 11(3), 399-426.

Sitohang, L. L., Hariyanto, B., Kurniawati, A., Prasetya, S. P., Budiyanto, E., & Purnomo, N. H. (2023). Head to the field: Fieldwork as a direct experience learning tool in the integrated geography course. Technium Social Sciences Journal, 50, 71-78.

Susilawati, S. (2001). Persebaran Bentang Alam dan Bentang Budaya. In Tempat, Ruang, dan Sistem Sosial. Bandung: UPI Press.

Widiyanto, Muta’ali, L., Santosa, L. W., Sudrajat, Marwasta, J., & Jatmiko, R. H. (2004). Pengenalan Bentanglahan Jawa Bagian Tengah. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Widodo, D. R., Nugroho, S. P., & Asteria, D. (2018). Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2), 135-142.

Downloads

Published

2024-09-30