Adat Sedulang Setudung di Desa Gelebak Dalam Banyuasin, 1999-2019

Authors

  • Arif Rahman Gani Universitas Sriwijaya
  • Diki Wahyudi Universitas Sriwijaya
  • Farida Husna Universitas Sriwijaya
  • Syarifuddin Syarifuddin Universitas Sriwijaya
  • Supriyanto Supriyanto Universitas Sriwijaya

DOI:

https://doi.org/10.29408/fhs.v6i2.5479

Keywords:

development, Sedulang Setudung, tradition

Abstract

This article discuss the existence of the Sedulang Setudung tradition in the last 20 years. The development of customs in culture over a long period cannot be seen from the perspective of other cultures; to survive, businesses must have their value system. This study examined the development of the Sedulang Setudung custom in Gelebak Dalam Village, Rambutan District, Banyuasin Regency, from 1999-2019. The method used in this study is the historical method. The Sedulang Setudung custom is one of the successful implementations of the existing value system until now. The philosophical values in every activity and element of this custom become a strong binding and meaning requirement so that the local community always respects it. The development of the Sedulang Setudung custom can be very consistent; since its inception, this custom has existed until today, and its existence is still a pride as a unifying village. The role of the village government and traditional institutions that are the driving force of this custom always ensures that this custom is carried out by its philosophy. Then the community is always enthusiastic about welcoming this custom on every big day of Islam. This harmonization forms a high sense of solidarity in preserving the Sedulang Setudung tradition as the legacy of its predecessors.

Artikel ini membahas tentang keberadaan tradisi Sedulang Setudung dalam 20 tahun terakhir. Perkembangan adat dalam budaya dalam jangka waktu yang lama tidak dapat dilihat dari perspektif budaya lain; untuk bertahan hidup, bisnis harus memiliki sistem nilai mereka. Penelitian ini mengkaji tentang sejarah perkembangan adat Sedulang Setudung di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, dari tahun 1999-2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Adat Sedulang Setudung merupakan salah satu implementasi yang berhasil dari sistem nilai yang ada sampai sekarang. Nilai-nilai filosofis dalam setiap kegiatan dan unsur adat ini menjadi syarat pengikat dan makna yang kuat agar masyarakat setempat selalu menghormatinya. Perkembangan adat Sedulang Setudung bisa sangat konsisten; Sejak awal, adat ini telah ada hingga saat ini, dan keberadaannya masih menjadi kebanggaan sebagai pemersatu desa. Peran pemerintah desa dan lembaga adat yang menjadi penggerak adat ini selalu memastikan bahwa adat ini dijalankan sesuai dengan filosofinya. Kemudian masyarakat selalu antusias menyambut adat ini pada setiap hari besar Islam. Harmonisasi ini membentuk rasa solidaritas yang tinggi dalam melestarikan tradisi Sedulang Setudung sebagai warisan para pendahulunya.

References

Adom, D. (2019). The place and voice of local people, culture, and traditions: A catalyst for ecotourism development in rural communities in Ghana. Scientific African, 6, 12. https://doi.org/10.1016/j.sciaf.2019.e00184.

Achmad Bernawi, wawancara pribadi, 26 Oktober 2022.

Bermawi, A. (2019). Sejarah Desa Gelebak Dalam dan Makna Filosofis Adat Sedulang Setudung Banyuasin. Laporan Seminar Nasional.

Bermawi. A (2020). Adat Sedulang Setudung. Dalam https://sedulangsetudung.wordpress.com/2020/02/18/adat-sedulang-setudung/ (Diakses 12 Oktober 2020).

Bungsuh, K. (2017). Adat Sedulang Setudung. Dalam https://sedulangsetudung.wordpress.com/2017/12/09/adat-istiadat-di-banyuasin-adat-sedulang-setudung/ (Diakses 24 Oktober 2020)

Fajriana, F. (2014). Upacara Adat Buang Jung Pada Masyarakat Suku Sekak Di Bangka. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 3(2), https://doi.org/10.14710/sabda.3.2.%p.

Honggowiyono, P. (2015). Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik untuk Guru dan Calon Guru. Penerbit Gunung Samudera [Grup Penerbit PT Book Mart Indonesia].

McDonald, M. M. A. (2020). The Mid-Holocene bifacial projectile points from Dakhleh Oasis, Egypt: Implications concerning origins of the knapping tradition, changing hunting patterns, the local neolithic, and African cultural independence. Journal of Anthropological Archaeology, 59, 101199. https://doi.org/10.1016/j.jaa.2020.101199.

Midan, wawancara pribadi, 26 Oktober 2020.

Miharja, D. (2013). Adat, Budaya dan Agama Lokal Studi Gerakan Ajeg Bali Agama Hindu Bali. Kalam, 7(1), 53-78, https://doi.org/10.24042/klm.v7i1.444.

Mshweshwe, L. (2020). Understanding domestic violence : masculinity , culture , traditions. Heliyon, 6(October), e05334. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05334.

Muslim, wawancara pribadi, 26 Oktober 2020.

Saigantha, A. I., Sair, A., & Syarifuddin, S. (2019). Adat pernikahan rasan tuha di desa suka negeri kecamatan semendawai barat kabupaten ogan komering ulu timur tahun 1995-2015. Journal of Indonesian History, 8(2), 161-168, https://doi.org/10.15294/jih.v8i2.34384.

Sarkowi, S. (2020). Peran Generasi Milenial dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Museum di Kota Lubuklinggau. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 9(2), 127–141. https://doi.org/10.36706/jc.v9i2.11476.

Sunarto, Agung Hartono. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Usman, R.A. (2003). Sejarah Peradaban Aceh. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rahmadi. (2019). Gelebak Dalam, Desa Sentra Padi yang berjuang mandiri. Dalam https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2019/02/07/gelebak-dalam-desa-sentra-padi-yang-berjuang-mandiri/amp/ (Diakses 06 Desember 2020).

Downloads

Published

2022-12-29