Inkulkasi Nilai-Nilai Nirkekerasan Dalam Budaya Lokal Suku Sasak Di Sekolah Dasar

Authors

  • Habibuddin Habibuddin Universitas Hamzanwadi
  • Burhanuddin Burhanuddin Universitas Hamzanwadi
  • Dina Apriana Universitas Hamzanwadi
  • Dukha Yunitasari Universitas Hamzanwadi

DOI:

https://doi.org/10.29408/didika.v7i1.3843

Abstract

 

Nilai-nilai nirkekerasan yang terkandung dalam budaya lokal belum banyak diungkap. Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan bentuk budaya lokal suku Sasak, (2) menjelaskan nilai-nilai nirkekerasan dalam budaya lokal suku Sasak, dan (3) merefleksikan inkulkasi nilai-nilai nirkekerasan dalam budaya lokal suku Sasak pada siswa SD Negeri di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur. Metode penelitian menggunakan paradigma kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan model interaktif Miles & Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) bentuk budaya lokal suku Sasak yakni sesuatu yang menjadi tatanan ide, keyakinan, identitas, dan ekspresi; (2) nilai-nilai nirkekerasan dalam budaya lokal suku Sasak ada sepuluh, terdiri dari  nilai besemeton (persaudaraan), soloh (toleransi), ra’i (empati), sangkep/ gundem (musyawarah), bedadayan (kerjasama), rema (kepedulian, solidaritas sosial), besiru (saling memberi), saling ajinang (saling menghargai), trasna (cinta, kasih sayang), dan saling saduq (saling percaya), dan (3) inkulkasi nilai-nilai nirkekerasan dalam budaya lokal suku Sasak pada siswa di SD dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan, motivasi, pengarahan, dan metode pembelajaran kerja kelompok dan penugasan.

 

 

References

Ahmadi, A., & Prasetyo, JK., (2005). Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Arzaki, J. (2001). Kearifan budaya suku bangsa Sasak dalam menciptakan kehidupan yang harmonis, dalam Nilai-nilai agama dan kearifan budaya lokal: Suku bangsa Sasak dalam pluralisme kehidupan bermasyarakat. Mataram: Redam.

Atmowidiro, S., (2003). Manajemen pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya.

Barth, R. (2002). “The culture builderâ€. Educational Leadership, 59(8): 6-11.

Denzin, NK., & Lincoln, YS. (Ed). (2005) Handbook of qualitative research. London: Sage Publications

Dewantara, KH., (1994). Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Djamarah, SB. (2005). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Gazalba, S. (1963). Pengantar kebudayaan sebagai ilmu: Bentuk-bentuk kebudayaan. Jakarta: Pustaka Antara.

Hadjam, MNR., & Widhiarso, W. (2003). Budaya damai dan anti kekerasan: Peace and anti violence. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum.

Heafford, MR. (1967). Pestalozzi: His thought and its relevance today. London: Methuen & Co Ltd.

Hendropuspito, D. (1989). Sosiologi sistematik. Yogyakarta: Kanisius

Kisid, KM., (2021). Profil kekerasan pada perempuan dan anak pada masa pandemic covid-19 di Provinsi NTB. Embrio: Jurnal Kebidanan, 13(1), 64-70. doi: https://doi.org/10.36456/embrio.v13il.3294.

Khalikin, A., & Fathuri, (2016). Toleransi beragama di daerah rawan konflik. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Mehta, V. (2011). Ajaran-ajaran Mahatma Gandhi: Kesaksian dari para pengikut dan musuh-musuhnya (Terjemahan Siti Farida). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Edisi asli diterbitkan tahun 1977 oleh New York: Penguin Books).

Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative data analysis. London: Sage Publications

Mulyasa, E. (2009). Menjadi kepala sekolah profesional. Bandung: Rosda Karya.

Nasution, S. (2002). Metode research. Jakarta: Bumi Aksara

Nimer, MA. (2010). Nirkekerasan dan bina damai dalam Islam. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi.

Peta sebaran jumlah kasus kekerasan menurut Provinsi, tahun 2021, dalam https://kekerasan.kemenpppa.go.id/, diunduh tanggal 26 Juli 2021.

Ratusan anak jadi korban, kasus kekerasan seksual di NTB mengkhawatirkan, dalam https://lombokpost.jawapos.com/ntb/23/07/2021/diunduh tanggal 26 Juli 2021.

Reardon, B. A. (1999). Peace education: A review and projection. Peace education reports, Departemen of Educational and Psycological Research, Malmo University.

Republik Indonesia (2017). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan.

Rokeach, M. (1969). Beliefs attitude and values. San Francisco: Jossey Bass

Samani, M., & Hariyanto. (2012). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Rosda Karya.

Sanusi, A. (2016). Pendidikan untuk kearifan: Mempertimbangkan kembali sistem nilai, belajar, dan kecerdasan. Bandung: Nuansa.

Sastrapratedja, M. (2013). Pendidikan sebagai humanisasi. Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.

Sebanyak 3.683 anak menjadi korban kekeasan selama Januari-Juni 2021, dalam https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/, diunduh tanggal 26 Juli 2021.

Singarimbun, M, & Efendi, S. (Ed). (1995). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES

Soemardjan, S., & Soemardi, S., (1964). Setangkai bunga sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Tilaar, HAR. (2007). Mengindonesia: Etnisitas dan identitas bangsa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Trompenaars, F. (1998). Riding the waves of culture, New York: McGraw-Hill.

Usman, H. (2014). Manajemen: Teori, praktik & riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Zamroni, (2008), Peace education: Introduction. Yogyakarta: PPs Universitas Negeri Yogyakarta.

Zuchdi, D., et al., (2012). Model pendidikan karakter: Terintegrasi dalam pembelajaran dan pengembangan kultur sekolah. Yogyakarta: UNY Press.

Downloads

Published

2021-06-30

How to Cite

Habibuddin, H., Burhanuddin, B., Apriana, D., & Yunitasari, D. (2021). Inkulkasi Nilai-Nilai Nirkekerasan Dalam Budaya Lokal Suku Sasak Di Sekolah Dasar. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 121–142. https://doi.org/10.29408/didika.v7i1.3843

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>